Motivasi tidak bisa ditiadakan dari manusia, dia
berada di dalam manusia itu sendiri. Motivasi di artikan oleh kebanyakan pakar sebagai
proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini
yang perlu di garis bawahi adalah dalam motivasi tersebut adanya tujuan, dan
tujuan ini tertuang dalam bentuk aksi perbuatan.
Tujuan
dalam motivasi bisa saja baik atau buruk. Hal ini tergambar dari teori-teori
motivasi yang di kembangkan oleh para pakar motivasi terdahulu, mulai dari Maslow
sampai dengan Clayton
Alderfer. Maslow yang menggambarkan
motivasi dalam 5 (lima) tingkat kebutuhan kebutuhan fisik, rasa aman, kasih
sayang, penghargaan dan aktualisasi, tidak ada penggambaran dari maslow
yang menjelaskan bahwa kebutuhan itu bersifat baik saja atau buruk saja
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa teori maslow mendasarkan bahwa motivasi
bisa berbuat baik dan buruk. Senada dengan Maslow Clayton Alderfer yang membagi
motivasi menjadi ERG yang
didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth) juga menandaskan hal tersebut, bahwa
motivasi bisa menjadi hal yang baik dan buruk. Tergantung tujuan.
Jadi
dalam penggambaran teori motivasi sekarang ini, motivasi tersebut bisa menjadi
baik atau buruk sesuai dengan tujuannya. Dalam pembahasan ini, kita akan
mencoba untuk menggambarkan bahwa motivasi yang sebenarnya ada di dalam manusia
adalah motivasi yang baik. Sedangkan implementasi atau penerjemahan motivasi
tadi bisa saja baik atau buruk.