Entri Populer

Rabu, 29 Agustus 2012

“KIRI” IS THE DESIRE TO CHANGE

Apa yang akan anda pikirkan kalau orang bilang teman anda adalah bagian dari pihak “kiri”? tentu anda pikir dia adalah orang yang jahat, pelanggar, pemberontak, dekat dengan komunisme. Paling tidak tentu hal-hal yang berbau negatif akan anda lontarkan pada teman anda yang di hakimi sebagai orang “kiri” tersebut. Karena selama ini dalam masyarakat kita terutama mahasiswa, “kiri” cendrung untuk diartikan sebagai hal-hal negatif, melambangkan segala sesuatu yang buruk, sehingga orang-orang menjadi alergi terhadapnya.
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap “kiri” ini, ada baiknya kita lihat juga awal timbulnya pemikiran “kiri” ini. Dalam sebuah pengantar buku “Tan Malaka dan Gerakan kiri Minang-kabau” Oleh Asvi Warman Adam (2007) menjelaskan bahwa secara historis, dalam politik, istilah kiri digunakan untuk menyebut anggota parlemen di prancis yang terbentuk seusai Revolusi Prancis (Renaisance) yang duduk di sebelah kiri dari ketua dewan, jadi kelompok yang duduk di sebelah kanan yang dianggap moderat sedangkan yang berada dibagian kiri yang dipandang lebih progresif atau Revolusioner.
Dan seorang ahli mengatakan bahwa “kiri” merupakan “gagasan untuk menghapuskan hak-hak sosial istimewa, segala bentuk penindasan kolonial, pembatasan hak berbicara dan berekspresi dan menganjurkan kebebasan dan berkeadilan” sehingga tidak mengherankan “kiri” dalam pandangan masyarakat umum sering di identikkan dengan komunisme, pembangkangan, radikalisme, pemberontakan, revolusi, pemihakan pada buruh dan anti kemapanan lawan dari pada pemikiran “kanan” yang bersifat moderat, borjuis, kapitalis, penggunaan pasar bebas, dan aristokrasi. Dimana dalam istilah Perang Dunia II dulu adalah pertentangan (contradiction) antara Uni soviet (kiri) dan Amerika (kanan) dan menurut pemikiran saya, Perang Dunia II tersebut juga memberikan kotribusi baik langsung maupun tidak langsung terhadap paradigma masyarakat dalam menyerap makna kata “kiri” tadi ditambah dengan peranan pihak “kiri” tersebut dalam perebutan kemerdekaan indonesia, sehingga image negatife sudah tertanam terlebih dahulu dalam benak masyarakat kita ketimbang positifnya.
Untuk mengetahui bahwa kata “kiri” juga mempunyai kecendrungan makna yang positif kita mengikut pada kesimpulan yang di kemukakan oleh C. Wright Mills, dimana Mills mengatakan bahwa “Istilah kiri merujuk kepada sekelompok orang memiliki kecenderungan utopia, kelompok yang memiliki khayalan akan masa depan dan tatanan sosial yang lebih baik, hal itu tidak selalu berkonotasi buruk, menjadi Kiri berarti melibatkan diri dalam kritik politis, baik dalam hal tuntutan-tuntutan politis maupun program-program”. Jadi kalau kita ambil pengertian yang dikemukakan oleh Mills dan pendapat para ahli yang di kemukakan di atas tersebut maka “kiri” merupakan sebuah gerakan yang sebenarnya bukan saja hanya bertujuan untuk kerusakan dan identik dengan hal-hal negatif, namun “kiri” merupakan suatu gerakan dari sekelompok orang yang bertujuan untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik, yang menganjurkan akan kebebasan dan berkeadilan dengan cara-cara yang lebih revolutioner atau bertentangan dengan cara-cara biasa (conventional) sehingga orang-orang kiri cendrung di identikkan dengan pemberontak. Walau identik dengan pemberontak namun sebenarnya para orang-orang kiri tersebut mempunyai suatu tujuan mulia, seperti yang telah kita bahas diatas. Jadi “kiri” bisa dikatakan adalah hasrat untuk berubah untuk menjadi lebih baik. Desire to change toward welfare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar